Tidak seperti siswa collège (Sekolah Menengah Pertama) pada umumnya di Prancis, bahwa pada bulan Juni akhir semester seperti ini atau menjelang liburan musim panas, tentu sedang mempersiapkan agenda liburan. Unik memang, siswa Collège Jacques Prévert, Châteauneuf – Provinsi Pays de la Loire, perjalanan dua jam setengah dari Paris ke arah barat selatan, ini malah sibuk mempersiapkan dan melakukan pertunjukan akhir tahun hasil pelajran seni budaya yang diperolehnya selama satu tahun pelajaran.
Lebih unik lagi, hasil pelajaran seni ini bukan seni budaya modern Prancis atau eropa, tetapi seni budaya gamelan Jawa dan angklung. Alhasil, sekitar 27 siswa, menampilkan unjuk kebolehannya menabuh gamelan pada Jum’at 7 Juni 2019 selama dua sesi pertunjukan, mulai pukul 10.30 – 15.00 bertempat di musium Jean Lurçat di Kota Angers. Para penonton adalah para siswa SMP di sekitar kota Angers, para guru, pengelola musium, beberapa wali murid, berjumlah lebih dari 325 orang, hadir pula pada kesempatan tersebut para pejabat, di anatranya Ibu Regine Brichet, sekretaris daerah Pays de la Loire. Ibu Brichet sangat mengapresiasi sekolah yang mampu menjalin kerjasama dengan Indonesia, prestasi luar biasa dan berharap agar tetap dijaga terus.
Kegiatan siang itu diawali dengan penjelasan pertunjukan oleh guru seni musik, Bapak Sylvain Scholastique, dan menyampaikan terima kasih kepada pemerintah Indonesia, khususnya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang telah memberikan hibah seperangkat gamelan sejak akhir 2016. Kepada KBRI Paris, secara khusus, Syvain juga menyampaikan terima kasih atas pembinaan dan perhatiannya selama ini.
Baca Juga
Tampil memukai publik yang hadir, penampilan seni gamelan jawa – angklung dikemas dalam musik kontemporer membersamai penjelesan lukisan tapiseri karya Jean Lurcat dengan tajuk “le chant du monde” atau lagu untuk dunia.
Pertunjukan sungguh mengagumkan dengan dilengkapi sorot lampu yang berwarna warni dengan suara gamelan – angklung yang serasi. Bersamaan dengan itu, rekaman suara asli dari Jean Lurcat yang digabung dengan suara siswa siswi College Jacques Prevert tentang pesan bahaya bom atom terhadap kehidupan manusia dan lingkungan dengan mencontohkan bom di Hirosima dan Nagasaki saat perang dunia kedua. Akhir dari lukisan tentang kehidupan yang harmoni dengan alam, digambarkan dengan harmonisasi suara gamelan dengan angklung yang sangat merdu.
Beberapa pengunjung yang hadir menyampaikan kekagumannya yang luar biasa terhadap kemampuan siswa siswi Collège Jacques Prévert dalam menabuh gamelan, sangat terampil. Memang tampak aneh terkadang menurut orang Prancis, karena menabuh gamelan seperti itu tentu sangat susah untuk orang Prancis, maka tentu diperlukan latihan yang lama dan guru pelatih yang hebat, itulah komentar beberapa penonton yang hadir.
Banyak pertanyaan yang dilontarkan oleh penonton tentang berapa lama berlatih, nama-nama gamelan, sampai pada kapan dan cara membuat gamelan juga ditanyakan. Sylvain, yang pernah belajar gamelan di Yogyakarta dan Solo, dengan telaten satu per satu menjelaskan pertanyaan tersebut.
Secara terpisah, Kepala Sekolah, Bapak Rigouin, menyampaikan bahwa dengan belajar seni gamelan ini para siswa belajar multi potensi, di antaranya seni, konsentrasi, dan juga kesabaran.
Kenapa kesabaran, karena siswa harus sabar menunggu untuk menabuh gamelan sesuai dengan giliran lirik lagunya. Tentu dengan seni gamelan ini, para siswa akan mengaktifkan seluruh panca inderanya, karena harus penuh hati-hati dan menabuh gamelan dengan rasa hati, tidak asal menabuh.
Pemerintah Indonesia melalui KBRI Paris, Bapak Agung Kurniadi sambil berpamitan selesai acara sekali lagi menyampaikan apresiasi yang tinggi dan bangga kepada para siswa dan apresiasi yang tinggi kepada kepala sekolah, serta secara khusus kepada Bapak Sylvain, bahwa dibalik kehabatan para siswa menabuh gamelan tentu berkat kemampuan sang guru yang sangat hebat, sehingga mampu ditunjukkan kebolehannya di depan publik. Ditambahkan oleh Bapak Agung bahwa agar sekolah tetap konsisten mengajarkan seni gamelan dan angklung ini.
Saat ini, sedang diproses adanya sister school antara Collège Jacques Prévert dengan SMP yang ada di Yogyakarta dan Solo, ada beberapa SMP yang sudah siap untuk melakukan itu. Sehingga ke depan tidak hanya pembelajaran tentang gamelan yang menjadi obyek dari sister school tetapi juga proses dan konten pembelajaran hingga tentunya pertukaran pelajar atau guru, demikian ditegaskan Atdikbut Paris, Prof. Warsito.
Ketika siswa belajar gamelan dan angkung, secara otomatis mereka juga belajar budaya Indonesia secara umum, belajar Bahasa Indonesia, bahkan bahasa Jawa. Inilah salah satu misi tujuan diplomasi budaya kita, adanya integrasi.
Pengetahuan para siswa tentang Indonesia ini juga sangat penting, tentu mereka akan bercerita tentang Indonesia kepada orang tuanya, teman bermainnya, dan lebih lagi kelak ketika siswa tersebut sudah dewasa tentu timbul keingintahuan lebih jauh tentang Indonesia.