Oleh: M. Rohib
Aku adalah rakyat biasa, hidup di negeri Indonesia tercinta, dengan kesempurnaan dan kekayaan alam yang ada. katanya!
Saat ini aku bukan menulis tentang apa yang ku ketahui, bukan juga sebuah refisi yang ada dalam materi, dan hanya ingin menyampaikan isi hati akan semua keluh kesah pada negeri ini. Diriku sedang terjebak dimana dalam situasi yang sebenarnya tidak diinginkan, di tarik paksa dalam sebuah pertanyaan yang aslinya tak perlu sebuah jawaban, Tapi entah kenapa ambisi untuk terus menanyakan sebuah jawaban. Ku harap sedikit percikan tinta yang menodai kertas putih yang kelihatannya tanpa dosa dapat dibaca oleh seluruh masyarakat Indonesia terutama pemerintah yang adil katanya. Keikhlasan bantuan jawaban dari kalian agar saya terbebas dari semua pertanyaan konyol yang ada di dalam benak ini.
Baca Juga
Dear pembantuku “aku tak peduli masalalumu, aku tak menghiraukan kejelekanmu, yang aku mau kau bekerja dengan penuh tanggung jawab akan semua tugasmu. Dan untuk kalian yang sedang mencalonkan untuk jadi pelayanku, jangan menyebarkan AIB dari lawanmu, karena aku tak akan pedulikan itu, yang ada kau hanya menanam dosa atas apa yang telah kau bungkus sebuah cerita meskipun itu kebenarannya.”
Dan teruntuk negeriku “ kamu kenapa? Mengapa kamu berubah? Apakah kamu sudah tidak sayang aku? Tak ingatkah kau akan sumpahmu, yang berkata dalam azaz mu bahwa “suaraku adalah suara tuhan”. Dan kau bilang meski kau bagi cintamu untuk semua orang, keadilan wajib kau tegakkan.” Sekarang dimana semua janjimu itu, mengapa kau pergi meninggalkanku. Aku rasa saat ini hanya hidup dengan jazadmu dan jujur aku sangat merindukanmu yang dulu, banyak sekali yang ingin kuceritakan padamu, tapi sayangnya kau lebih perduli pada seorang pembantu dari pada au sebagai rajamu, kau mendukung terciptanya pertikaian untuk saling menjatuhkan demi sebuah kemenangan meski itu sangat melenceng dari kebenaran. Mengapa sekarang kau buta, tuli dan bisu akan suaraku, kau beri pembantumu pakaian mewah lengkap dengan jas serta dasi, sedangkan aku ingin meminta sedikit dari apa yang memang semestinya aku dapati tak pernah kau penuhi, dan lucunya dirimu (pembantu), ketika aku menggerutu dan menagih semua janjimu kau murka seakan-akan kaulah seorang raja dan mengirimkan bawahanmu uuntuk menghakimiku. Dimana letak kesalahanku, bukankah aku hanya menagih mahar yang kau janjikan, bukan menciptakan makar seperti yang kau tuduhkan.
Aku tak mengerti dan sangat bingung, sebenarnya siapa yang harus ku percaya? Apakah kau memang sudah berubah, sudah tak pernah lagi keinginan memperhatikanku? Setiap 5 tahun sekali aku dan raja-raja lainnya memberimu kesempatan untuk membuatmu berubah seperti dulu kala, yang hukuman hanya untuk menjerakan orang yang salah, bukan membenarkan semua ucapan pembantu kita karena ia banyak harta, memberikan sepenuhnya hak raja bukan malah mengurangi timbangannya. Pembantuku, bekerjalah dengan benar, jangan kau Cuma pintar merayu dan mempralat negeri kesayanganku. Tak pernahkah kau berfikir bagaimana nasibku karena ulahmu sebagai orang ketiga? Dulu kau selalu menyeru keadilan tapi kau rampas kebenaran demi kemenangan. Dulu kau berjanji merawatku, menjagaku dan memenuhi semua kebutuhanku. Tapi saat ini kau malah sibuk pemperbesar gubukmu dan memuaskan isi perutmu.
Aku berbicara keadilan seakan-akan aku begitu ahli dibidangnya, padahal aku tidak benar-benar mengerti permasalahan di negeri ini. yang ku tau, aku belum puas dengan pelayananmu dan aku berharap akan ada seseorang yang mendaftarkan untuk menjadi penggantimu, pintaku tak banyak untukmu, cukup jujur, setia dan apa adanya. bukan malah ada apanya dan membungkus cerita karangan yang kau buat untuk terlihat nyata. Karena “kebenaran yang kau pamerkan adalah sebuah kesalahan.”
pesanku, tunaikan kewajiban dan kesampingkan nafsumu yang melenceng dari nilai kebenaran, behentilah berjanji karena aku butuh bukti bukan kata-kata romantis yang mampu membangun sejuta harap dihati ini. Jadilah harum dan tinggalkanlah yang haram, jangan terlalu suka menerangkan karena aku butuh kejelasan bukan penjelasan. Jangan gunakan kewenangan sesuai keinginan, tapi harus sesuai keperluan dan putuskan segala sesuatu sesuai keadilan dan berikan mereka kebahagiaan yang nyata tanpa tipuan.
Untuk para raja yang lain, sebentar lagi kita semua memiliki hak suara yang sama, hati-hati dalam memilah dan berfikirlah cerdas untuk menentukan dan memantapkan pilihan, belajarlah menghitung mulai detik ini, suaramu sangat berarti demi masa depan Indonesia, jangan kau relakan suaramu dijadikan ladang bisnis oleh para pembantu kita, sadarlah jangan mudah terperdaya, kitalah rajanya, kitalah penguasanya. Mungkin saat waktunya tiba akan ada orang datang menggoda kita, terlihat baik namun sebenarnya jika kau sadar ia menampakkan kejelekkannya yang pertama, kau fikir dia ramah? Dia baik? Dengan memberi selembah kertas untuk membeli suara berhargamu. Silahkan direnungkan, dia memberi dari uang pribadi ia pasti juga tak ingin rugi, saat ini kau diberikan sedikit haknya dan esok setelah jadi ia akan mengambil hak kita 10 kali lipat, kalkulasinya dalam 5 tahun kedepan kau digaji 50.000/5 thn dan dia mendapat keuntungan triliunan rupiah dari hsil kerja culasnya. Fikirkan sebelum memutuskan, jika sudah menemukan jangan pernah goyah dan berfikir menukar suara itu dengan sesuatu apapun kecuali dengan kebenaran.