Pelaksanaan KTT AIS di Bali Dorong Pembenahan Pariwisata Bahari
Oleh : Galang Faizan Akbar
Pelaksanaan KTT AIS Forum 2023 di Bali terus mendorong berbagai macam cara dan langkah serta strategi untuk terus melakukan pembenahan pada pariwisata bahari di Indonesia, selaku tuan rumah dalam perhelatan pertemuan internasional itu.
Baca Juga
Ketua Umum (Ketum) Ikatan Cendekiawan Pariwisata Indonesia (ICPI), Azril Azhari memandang bahwa momentum pelaksanaan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Archipelagic and Island States (AIS) Forum pada tahun 2023 ini memang perlu untuk dimanfaatkan oleh banyak pihak, termasuk Pemerintah Republik Indonesia (RI) dan juga seluruh Pemerintah Daerah (Pemda) lain untuk semakin membenahi pariwisata bahari agar bisa sejalan dengan prinsip keberlanjutan.
Salah satunya, pihak Pemerintah Provinsi (Pemprov) Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta yang bisa semakin berfokus pada Kepulauan Seribu. Tentunya dunia akan sangat senang apabila misalnya Kepulauan Seribu tersebut bisa semakin diangkat ke permukaan dan juga semakin diperbaiki. Maka dari itu, mengenai program pengembangan Kepulauan Seribu sendiri jelas harus serius terus dilakukan.
Sebenarnya, pihak DKI Jakarta sendiri sudah memiliki modal akan pariwisata bahari yang mampu diunggulkan, yakni dengan adanya Kepulauan Seribu. Terlebih, di wilayah pesisir Jakarta juga menyimpan sejarah serta budaya yang sangat aya bahkan sejak masa pra-kolonial silam.
Hanya saja, disayangkan karena memang selama ini masih belum seberapa terekspos dan terangkat ke permukaan. Maka dari itu, sangat penting adanya penataan ulang akan pariwisata bahari di wilayah tersebut bahkan dari berbagai macam aspek harus terus dilakukan termasuk bagaimana sarana yang lebih memadai untuk bisa memulai dari perbaikan fasilitas dermaga hingga penyediaan transportasi laut yang cukup bagi para wisatawan seperti kapal layar dan kapal.
Selanjutnya, pengembangan akan pariwisata bahari di wilayah DKI Jakarta memang juga harus terus mempertimbangkan akan bagaimana dampak lingkungan seperti terus mampu menjaga terkait keberlangsungan ekosistem bahari di wilayah tersebut yang dapat dimulai dari kehidupan pesisir pantai hingga kehidupan di bawah laut.
Bukan hanya itu, namun aspek sosial dan ekonomi juga sangat penting untuk terus dipertimbangkan. Karena seluruhnya selaras dengan konsep pariwisata bahari berkelanjutan yang memang telah dipromosikan oleh pihak Organisasi Pariwisata Dunia (UNWTO).
Dalam hal untuk melakukan pembangunan pada pariwisata bahari yang berkelanjutan, penting juga adanya pelibatan komunitas nelayan serta masyarakat lokal di sekitar pesisir dan Kepulauan Seribu. Karena dengan demikian, maka kesejahteraan dari seluruh masyarakat di wilayah setempat juga akan ikut meningkat.
Sementara itu, Destructive Fishing Watch (DFW) turut memberikan tanggapan mengenai Indonesia yang akan menjadi tuan rumah dalam pelaksanaan KTT AIS Form 2023. Menurut pengamat sekaligus Koordinator DFW, Mohammad Abdi Suhurfan bahwa dengan terselenggaranya gelaran tersebut, maka jelas Tanah Air akan memberikan kontribusi sebagai inisiator dalam penanganan berbagai macam isu global, utamanya adalah yang berkaitan dengan kelautan.
Diantara beberapa wilayah di Indonesia, ternyata DKI Jakarta termasuk wilayah yang memiliki potensi untuk berkembang dan mampu menjadi penopang kehidupan bahwa bagi warga di pesisir, tentunya dengan kepemilikan pariwisata baharinya. Wisata bahari yang dimaksud adalah di Kepulauan Seribu, yang mana kini wisata demikian menjadi tren yang semakin berkembang.
Potensi akan perkembangan wisata bahari tersebut berdasarkan kepada sumber daya dan juga bagaimana kekayaan alam yang ada di sana, seperti misalnya menjadi tempat tinggal bagi sebanyak ratusan jenis ikan, termasuk juga terumbu karang, mangrove dan juga satwa langka yang dilindungi.
Perkembangan akan pariwisata bahari jelas akan jauh lebih cepat terwujud apabila terjadi pula sinergi yang kuat antara beberapa pihak seperti diantaranya adalah pihak pemangku kepentingan dan juga pihak masyarakat di pesisir sendiri. Maka dari itu, pemerintah maupun pihak swasta juga perlu untuk terus mendorong agar masyarakat bisa menjadi pelaku utama dalam mewujudkan ekonomi biru di wilayah mereka masing-masing, khususnya yang memang memiliki kekayaan atau potensi kelautan termasuk di DKI Jakarta. Sehingga, dengan demikian maka akan dapat menerima banyak sekali manfaat yang sangat besar dan juga mampu menekan adanya potensi konflik.
Lebih lanjut, masyarakat sendiri juga harus mampu untuk terus meningkatkan akan kapasitas dan juga kesadaran mereka mengenai wisata berkelanjutan dengan semakin menjaga ekosistem laut dari kemungkinan akan kerusakan dan pencemaran lingkungan. Hal lain yang juga perlu dan penting untuk dilakukan adalah dengan meningkatkan dan memastikan bagaimana ketersediaan infrastruktur dasar di kawasan pesisir, seperti adanya sarana telekomunikasi, air bersih dan juga listrik.
Pembenahan akan pariwisata bahari memang masih perlu dan harus terus dilakukan di Indonesia, terlebih karena Tanah Air menjadi tuan rumah dalam pelaksanaan kegiatan KTT AIS Forum 2023. Sehingga sangat penting bagi bangsa ini untuk menjadi representasi dan percontohan yang baik bagi dunia mengenai bagaimana pengelolaan akan kekayaan kelautan yang tepat untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat dan juga bisa menganut konsep keberlanjutan ekonomi biru.
)* Penulis adalah Persada Institut