Oleh : Ricky Rinaldi (Pengamat Sosial Politik)
Mari kita tengok buku sejarah masa lalu, kita bisa mengetahui bagaimana upaya Bangsa Indonesia bisa lepas dari cengkeraman penjajah dan memproklamasikan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945, hal tersebut tidak lain karena rakyat Indonesia bersatu padu dan tidak mau dipecah belah oleh Belanda dengan politik adu domba atau yang dikenal sebagai politik devide et impera.
Sejarah di Nusantara mencatat bahwa persatuan nasional mampu melahirkan peristiwa – peristiwa besar. Sebut saja kebangkitan nasional tahun 1908,kongres pemuda pertama dan kedua pada tahun 1926 dan 1928. Bahwa pemudalah yang menjadi pelopor persatuan nasional.
Upaya menggalang persatuan nasional saat itu tampak jelas ketika Ir Soekarno mendirikan Partai Nasional Indonesia (PNI) pada tahun 1927 dan tokoh – tokoh Islam mendirikan Nahdlatul Ulama pada tahun 1926, dan Muhammadyah pada tahun 1912.
Baca Juga
Pada tahun 1928 terbentuklah kongres pemuda kedua yang dikenal sebagai sumpah pemuda dan menjadi titik tolak peleburan identitas kedaerahan berbagai organisasi pemuda. Segenap pemuda pemudi sepakat menanggalkan ikatan primordial dan menggemakan semangat persatuan nasional.
Dari kisah tersebut, tentu sudah sepantasnya menjadikan refleksi bangsa atas pesta demokrasi yang masih meninggalkan residu polarisasi politis. Dimana banyak masyarakat yang keakrabannya merenggang hanya karena berbeda dukungan.
Akhirnya people power pun muncul sampai menimbulkan chaos dan disinyalir bakal disusupi teroris jika Polri tidak mengantisipasinya.
Tentu hal ini cukup menjadi bukti, jika nilai persatuan nasional rapuh, maka kedamaian dan kerukunan antar masyarakatlah yang akan digadaikan.
Selain itu Dewan Pimpinan Pusat Komite Nasional Pemuda Indonesia (DPP KNPI) mengucapkan terimakasih kepada kader KNPI dan masyarakat, yang telah bertugas sebagai penyelenggara Pemilu seperti KPU, Bawaslu, Pengawas Pemilu Independen, Saksi mulai dari pusat, provinsi, kabupaten/kota hingga keterlibatan sahabat – sahabat di PPK, PPSS dan KPPS dalam penyelenggaraan Pemilu 2019.
Selain itu, KNPI juga mengapresiasi dan mengucapkan terimakasih kepada TNI dan Polri yang telah berhasil menjaga keamanan dan ketertiban pada saat rakyat mengikuti pesta demokrasi bangsa Indonesia, yang mana lembaga kajian dari Australia, Lowy Institute menyatakan bahwa pemilu di Indonesia sebagai satu hari pemungutan suara paling rumit yang pernah dilakukan.
KNPI juga harus siap untuk menghadapi gerakan inkonstitusional yang ingin dilakukan oleh pihak – pihak yang tidak bertanggung jawab. Karena sejatinya, perselisihan pemilu dapat ditempuh melalui jalur hukum, bukan aksi jalanan.
“Kami, DPP KNPI, mengajak semua masyarakat bergandeng tangan kembali, menjaga persatuan nasional, mengubur segala dendam dan kebencian, dan mari kita kembali ke aktifitas masing – masing demi kemajuan negara,” tutur Haris pertama selaku Ketua Umum KNPI.
Setelah pemilu digelar, perpecahan akibat keberpihakan pada salah satu pendukung calon presiden, masih rawan terjadi. Oleh sebab itu, Pemuda Indonesia agar menjadi garda terdepan dalam menjaga keutuhan NKRI.
Pihaknya juga menghimbau kepada semua pihak untuk menghargai para calon presiden dalam Pemilu Serentak 2019, tetap menjaga persatuan dan kesatuan bangsa, memelihara perdamaian serta melarang para pendukungnya untuk melakukan aksi – aksi provokasi yang ternyata hanya mengganggu kemananan dan ketertiban masyarakat.
Pemilu merupakan salah satu cara untuk membentuk sebuah pemerintahan yang adil dan benar – benar mewakili rakyat serta memperkokoh persatuan bangsa.
Karena itulah seluruh pihak yang terlibat sudah semestinya menjalankan peran secara mulia, baik itu pengawas, peserta pemilu, maupun pendukungnya agar senantiasa meredakan kegaduhan yang tak kunjung usai.
Yang paling penting pada saat ini adalah, seluruh masyarakat agar mampu memandang bahwa semua adalah bersaudara sebangsa dan setanah air.
Apapun perbedaan tidak boleh menyebabkan ada yang terpinggirkan. Siapa pun nanti yang ditetapkan oleh KPU sebagai pemenang harus menunjukkan sikap kenegarawanan dengan merangkul semua pihak – baik yang sekubu maupun yang berlawanan.