Oleh : Raavi Ramadhan
Salah satu dampak negatif perkembangan teknologi informasi seperti saat ini adalah banjirnya ideologi asing yang bertentangan dengan Pancasila, salah satunya paham radikal. Seluruh pihak pun diharapkan tidak lengah dan tetap mewaspadai pola penyebaran radikalisme masa kini yang umumnya memanfaatkan dunia digital.
Dewasa ini, banyak sekali ditemukan ajaran yang sedikitn banyak mengajarkan paham radikal. Meski sejak dahulu telah ada, kenyataannya paham menyimpang ini terus bertransformasi menyesuaikan perkembangan zaman. Bahkan, terkadang justru lebih canggih. Pasalnya, mereka ini pandai menggunakan segala intrik untuk mampu menggaet korban baru. Tujuannya tentu saja untuk menjadi merekrut kader baru.
Pada dasarnya, Penerus-penerus baru hanya dijadikan boneka saja untuk melancarkan aksinya. Sebetulnya perilaku radikalisme banyak jenisnya. Namun, secara global radikalisme ini erat hubungannya dengan kepercayaan. Bisa juga membuat para pelakunya bertindak tak terkontrol, menganut ekstrimisme, fanatisme serta mempunyai intoleransi yang cukup tinggi.
Baca juga: Mewaspadai Radikalisme Memanfaatkan Media Daring
Di banyak kasus, Radikalisme muncul ketika orang lain tak sejalan atau tak sepaham sehingga timbul keinginan untuk menyingkirkannya.
Sementara pemerintah sedang mencari cara untuk membantu rakyat yang terdampak pandemi Covid-19, penyebaran radikalisme masih saja tidak berhenti.
Ada rayuan-rayuan yang disebar agar bisa dimanfaatkan. Rayuan itu banyak wujudnya, apalagi jika sudah menyangkut hal-hal sehar-hari. Pelaku radikalisme ini pandai mengambil hati, namun sebetulnya sedang menggerogoti iman kita, menurunkan kesadaran bertoleransi kita bahkan menggiring kita untuk berlaku menyimpang. Sama seperti yang mereka lakukan.
Di saat Indonesia sedang berperang melawang Covid-19, aktor penyebar radikalisme muncul ke masyarakat dan menawarkan janji palsunya. Kecenderungan tersebut muncul seiring adanya propaganda di media sosial tentang khilafah yang dianggap mampu mengatasi wabah Virus Corona.
Mereka pun terus menerus membangun kebencian di media sosial terhadap berbagai upaya Pemerintah dalam menanggulangi wabah penyakit menular ini.
Penyebaran radikalisme masa kini yang memanfaatkan media digital tentu saja membahayakan keutuhan bangsa.
Kecenderungan tersebut patut diwaspadai mengingat saat ini ada sekitar 120 juta pengguna sosial di Indonesia. Dari jumlah itu, sebagian besar atau mayoritas datang dari kaum milenial. Oleh sebab itu, paham radikal dapat tumbuh subur dengan mudah di Indonesia jika tidak adanya kepedulian bersama untuk menangkal ideologi anti Pancasila.
Masih adanya penyebaran paham radikal tentu membahayakan generasi muda yang merupakan penerus bangsa.
Kaum milenial ini dianggap labil, jika tak hati-hati pastinya bakal kena arus dan sulit kembali. Muda-mudi yang hidup di zaman 4.0 ini wajib diperingatkan, di-warning hingga diberi pengarahan. Bahwa, mental-mental radikalisme sangat mudah berkembang. Apalagi jika lingkungan tumbuh kembang anak-anak muda ini tak mendukung, sudah bisa dipastikan bibit radikalisme akan terus bermunculan.
Deradikalisasi kemungkinan dapat membantu, namun sejatinya pengendalian diri hingga penerapan kebijaksanaan dalam menghadapi derasnya arus teknologi wajib dimulai dari diri sendiri. Pasalnya, teknologi inilah yang sering disalahgunakan. Bahkan, pelaku bom bunuh diri beberapa waktu lalu mengaku bisa merakit bom tersebut melalui tayangan media sosial, miris kan?
Jangan bilang tak peduli karena yang terpapar itu orang lain. Namun, bayangkan saja jika hal ini menimpamu, keluargamu, anak-anakmu, saudaramu atau yang lainnya.
Tentu kita tidak dapat menjadi egois karena kemajuan negara juga terletak pada rakyatnya. Jika kolaborasi antara pemerintah juga rakyat mantap membangun persatuan, meningkatkan toleransi hingga menciptakan iklim kondusif di lingkungan masyarakat masing-masing, bukan tak mungkin radikalisme bakalan angkat kaki.
Penulis adalah warganet tinggal di Tangerang, aktif dalam Milenial Muslim Bersatu
Di era pemerintahan Presiden Prabowo Subianto, UMKM menjadi salah satu pilar utama dalam upaya percepatan…
JAKARTA - Pengamat Pemilu dari Rumah Demokrasi, Ramdansyah meminta publik untuk melihat dari berbagai perspektif…
Penghapusan Utang UMKM, Peluang Kebangkitan Pengusaha Indonesia Pemerintah Indonesia telah menerbitkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor…
Presiden Prabowo Subianto terus mengokohkan posisi Indonesia dalam ekonomi global melalui diplomasi ekonomi yang…
Kunjungan Luar Negeri Presiden Prabowo Hasilkan Kesepakatan Penting Untuk Wujudkan Pemerataan Ekonomi JAKARTA — Dalam…
Apresiasi Peran Pers Tingkatkan Partisipasi Pemilih dalam Pilkada Oleh: Mohammad Jasin Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada)…