Oleh : Ismail
Situasi dunia yang belum stabil akibat Pandemi Covid-19 terindikasi dimanfaatkan oleh kelompok radikal dan anti Pemerintah untuk menyebarkan pengaruhnya. Kecenderungan tersebut muncul seiring banyaknya provokasi yang menonjolkan pentingnya paham khilafah sebagai solusi wabah Corona hingga berbagai serangan hoaks yang tujuannya untuk menciptakan krisis kepercayaan kepada Pemerintah.
Pemerintah dan masyarakat diharapkan terus mewaspadai konsolidasi kelompok radikal di saat Pandemi Corona.
Kelompok radikal pendukung khilafah tahu betul bagaimana memanfaatkan situasi, terutama saat seluruh elemen bangsa terkonsentrasi memerangi wabah Corona.
Baca juga: Mewaspadai Radikalisme Racuni Generasi Mudaa
Serbuannya tak kalah ngeri dari Covid-19. Taruhannya ialah persatuan dan kesatuan. Kemungkinan, jual beli propaganda inilah yang tak pernah sepi pelanggan. Di tengah situasi darurat, ada beberapa kelompok yang menggunakan peluang untuk membidik sasarannya.
Kengerian kini jadi bertambah, kesulitan yang dirasakan masyarakat tak ubahnya ruang yang wajib direbut serta disusupi virus bernama radikalisme. Pada umumnya, mereka menyasar Psikologis masyarakat. Tanpa malu, mereka mengatasnamakan membela rakyat dan terus mengkritisi kebijakan nasional secara membabi buta.
Tanpa disadari, masyarakat banyak yang terjerumus ke dalam rayuan maut mereka.
Propaganda-propaganda pun dilambungkan yang menyebabkan masyarakat gamang terhadap berbagai informasi yang berkembang. Jika tak berhati-hati, maka siap-siap akan merugi.
Wajib diingat, oknum radikalis hanya menginginkan anggota yang bisa meneruskan perjuangan mereka. Oknum ini mana peduli dengan hidup kita, mana mau memberi perhatian nyata seperti pemerintah. Sayangnya, banyak pihak yang terlanjur mempercayai informasi yang berkembang tanpa mau mengecek sumber aslinya.
Salah satu contoh tersebut adalah desakan kepada Pemerintah untuk melakukan lockdown. Padahal lockdown justru akan mematikan ekonomi masyarakat, menyulitkan akses terhadap barang kebutuhan, dan memicu kerusuhan sosial ekonomi.
Oleh sebab itu, tekanan untuk melakukan lockdown disinyalir merupakan bagian dari konsolidasi kelompok radikal agar tercipta situasi chaos, sehingga masyarakat mudah menyalahkan Pemerintah.
Saat ini, Pemerintah dan rakyat terus bersinergi guna mencegah lonjakan penularan Virus Corona. Namun, situasi ini disinyalir telah disusupi oleh kelompok radikal untuk menyerbarkan provokasi, hoaks, fitnah, hingga ujaran kebencian terhadap Pemerintah. Padahal, negara telah berupaya maksimal dalam menangani dampak Virus Corona, mulai dari peningkatan Faskes hingga menciptakan stimulus fiskal.
Bamsoet selaku ketua MPR menekankan pentingnya pemerataan pembangunan untuk membendung terjangan radikalisme. Pihaknya sadar jika di ruang-ruang publik justru terlihat aneka serangan hoaks juga manuver politik yang arahnya cenderung mendegradasi pemerintahan yang sah.
Banyak pihak yang menyayangkan akan hal ini. Ditengah serangan wabah yang membuat kondisi carut-marut, malah dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Sehingga penerapan kewaspadaan secara dobel wajib dilakukan. Di satu sisi terhadap ancaman Corona, disisi lainnya ialah ancaman radikalisme.
Sebagaimana kita tahu, radikalisme mengikis urat Nadi Pancasila. Membuat masyarakat menjadi ragu akan pemerintahan yang tengah dijalankan hingga asumsi-asumsi negatif atas ketidakbecusan negara terhadap rakyatnya.
Hal ini tentunya bisa berdampak sangat fatal, karena bisa memutus persatuan dan kesatuan NKRI. Sudah sedemikian pelik jika menyangkut radikalisme. Sasaran mereka bukan orang dewasa saja justru anak muda hingga kaum milenial yang sering takluk pada jejaring sosial.
Layaknya virus yang menular, radikalisme diklaim menyusup lebih kuat hingga ke akar serta berinkubasi. Oknum-oknum menyimpang ini hanya menginginkan keruntuhan pemerintahan ,agar mereka lekas bisa mengambil alih dengan leluasa. Menguatkan doktrin-doktrin serta propaganda untuk membangun negara dan pemerintahan sendiri, sesuai keinginan mereka.
Maka dari itu, jangan lengah. Meski kita sedang dilanda musibah, tetap optimalkan upaya, dukung serta bersinergi dengan pemerintah. Implikasinya ialah melindungi negeri dari ancaman yang mungkin mendekat.
Kebersamaan, toleransi hingga solidaritas yang asli, cukup mumpuni menangkal rayuan radikalisme yang terus merangsek dan menyerang tanpa henti.
Kepanikan, hingga kecemasan ialah hal yang diinginkan kaum radikalis. Kesemrawutan akibat Corona jadi senjata yang tepat untuk segera bertindak. Meski tak kasat mata, pergerakan paham radikalisme seringkali tiba-tiba menyapa tanpa peduli kondisi yang ada.
Lalu, tunggu apa lagi? Tetap optimis, mendukung segala langkah positif pemerintah dalam berbagai macam upaya melindungi rakyatnya. Buka mata, cari dan cek fakta berita-berita yang tersebar dijejaring sosial. Karena, dikhawatirkan potensi radikalisme lebih besar datangnya melalui kecanggihan teknologi yang seolah menawarkan berjuta imajinasi.
Penulis adalah warganet tinggal di Tangerang
Ancam Stabilitas Bangsa, Presiden Prabowo Perkuat Pengawasan Peredaran Narkoba Oleh: Darmawan Hutagalung Presiden Prabowo Subianto…
Presiden Prabowo Subianto terus melakukan berbagai upaya pemberantasan narkoba. Salah satunya adalah bertemu dengan Presiden…
Indonesia Perkuat Kerja Sama Internasional untuk Meningkatkan Ekspor UMKM Oleh: Arsyinta Mentari Indonesia terus memperkuat…
Presiden Prabowo Berkomitmen Berdayakan UMKM Lewat Program Penghapusan Utang Jakarta, - Presiden Republik Indonesia, Prabowo…
Kunjungan Presiden Republik Indonesia (RI) ke-8, Prabowo Subianto, ke China dan Amerika Serikat (AS) baru-baru…
Kunjungan Kerja Presiden Prabowo Memperkuat Jaringan Ekonomi Global untuk Pemerataan Ekonomi Presiden Republik Indonesia, Prabowo…