Suara mesin diesel nomer 4 dari Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) Lueng Bata menderu kencang. Beberapa saat kemudian meredup dan berhenti. Seorang petugas PLN kemudian mencatat dan mengecek beberapa bagian, yang lainnya mengelap komponen-komponen mesin.
Mereka sedang melakukan commissioning, sebuah proses yang harus dilakukan setelah perbaikan atau pemeliharaan rutin pembangkit. Commissioning bertujuan memastikan seluruh komponen PLTD terpasang dan terkalibrasi sesuai manual book. Pekerjaan ini dilakukan setelah pemeliharaan rutin. Pemeliharaan sendiri dilakukan setiap 6.000 atau 12.000 jam operasi mesin. Di samping itu, juga dilakukan bila terjadi kelainan yang berpotensi kerusakan.
Mesin diesel nomer 4 berkapsitas 6,36 MW. Ini adalah 1 dari 6 mesin yang sedang diperbaiki. Sementara 7 mesin lainnya masih beroperasi sebagai cadangan pasokan Kota Banda Aceh.
Baca Juga
PLTD Lueng Bata terletak di Jalan Lintas Sumatera. Memiliki total daya terpasang sebesar 58 MW. Pembangkit ini memiliki sejarah panjang dalam menggerakan roda perekonomian setempat. 30 tahun lebih sudah, sejak 1981 sampai 2008, PLTD Lueng Bata berperan utama dalam menyokong pasokan listrik Kota Banda Aceh.
Sejalan dengan pertumbuhan penduduk, infrastruktur kelistrikan pun terus dibangun. Pada 2008, beroperasilah Gardu Induk 150 kV yang terhubung dengan sistem interkoneksi Sumatera. Secara bertahap, sistem ini mampu memasok Banda Aceh dari 60 MW hingga 160 MW. Hingga kini 239.092 pelanggan pun dapat dilistriki.
Dengan masuknya sistem interkoneksi 150 kV ke Banda Aceh, kini Daya Mampu di Aceh bertambah menjadi 233 MW. Pasokan ini cukup untuk memikul kebutuhan masyarakat yang hanya 150 MW. Peran PLTD Lueng Bata pun berganti menjadi pembangkit back up atau cadangan. Artinya, dinyalakan ketika dibutuhkan. PLTD Lueng Bata pun disebut yang tertua yang masih beroperasi di Aceh.