Oleh: Isak Kogoya
Peristiwa pembacokan terhadap seorang anggota kepolisian di Puncak Jaya, Papua Tengah, menggarisbawahi perlunya dukungan penuh kepada aparat keamanan untuk memberantas keberadaan Organisasi Papua Merdeka (OPM) di wilayah tersebut.
Kasus yang melibatkan Bripka Arif Hidayat, yang saat ini dalam kondisi kritis, mencerminkan ancaman serius dari kelompok separatis yang kerap melakukan tindak kekerasan tanpa memandang siapa yang menjadi korban.
Baca Juga
Aparat keamanan terus mendapatkan mandat untuk menindak tegas kelompok separatis ini demi menciptakan stabilitas dan keamanan di wilayah berjuluk Surga Kecil di ujung Indonesia ini.
Peristiwa di Kabupaten Puncak Jaya bermula ketika Bripka Arif yang bertugas di Polsek Ilu diserang oleh dua orang yang diduga bagian dari kelompok separatis di depan sebuah kios di Kampung 55.
Kabid Humas Polda Papua, Kombes Pol. Ignatius Benny Ady Prabowo, menjelaskan bahwa aksi kekerasan itu terjadi pada Minggu siang, 27 Oktober 2024, sekitar pukul 13.12 WIT. Saat itu, Bripka Arif tengah mengambil ayam di sebuah kios, namun ia diserang mendadak hingga mengalami luka serius di kepala dan kaki.
Setelah insiden, kedua pelaku melarikan diri sementara korban segera dilarikan ke rumah sakit oleh warga setempat. Kondisi kritis korban memerlukan evakuasi ke Jayapura untuk perawatan intensif, dan hingga kini Polres Puncak Jaya masih menyelidiki kasus tersebut dengan melakukan pemeriksaan terhadap sejumlah saksi.
Tindakan keji yang dilakukan oleh gerombolan teroris musuh negara ini tidak dapat dibiarkan, mengingat dampaknya yang sangat besar terhadap keamanan masyarakat Papua dan seluruh Indonesia.
Dukungan masyarakat pun menguat untuk memberikan mandat penuh kepada aparat keamanan agar melakukan tindakan tegas terhadap kelompok ini. Aksi kekerasan yang dilakukan kelompok separatis Papua secara berulang hanya menambah ketidakamanan dan menghambat upaya pembangunan di wilayah tersebut. Hal ini mendorong aparat untuk lebih gencar dalam memberantas OPM yang kerap kali mengganggu ketenteraman di Bumi Cenderawasih.
Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto mengungkapkan bahwa kelompok separatis Papua perlu diberantas tanpa kompromi, mengingat tindakan mereka sudah menyerupai kombatan bersenjata yang menebar ancaman terhadap personel aparat keamanan serta masyarakat sipil.
Penggunaan senjata api oleh OPM dan serangan terhadap personel keamanan memicu respons lebih tegas dari aparat untuk menjaga integritas wilayah. Jenderal Agus juga menekankan pentingnya operasi militer teritorial yang disertai metode keamanan khusus bagi Papua sebagai upaya mengatasi kompleksitas konflik di wilayah tersebut.
Keberadaan kelompok separatis yang terus-menerus mengganggu keamanan telah menjadi ancaman serius, dan Jenderal Agus berkomitmen untuk menjaga ketertiban, bahkan dengan kekuatan militer jika diperlukan. Namun, TNI tetap mengedepankan operasi teritorial yang ramah masyarakat dan bertujuan mempercepat pembangunan serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Selama ini, aparat keamanan telah berupaya menjalankan berbagai program yang mendukung kebutuhan masyarakat, seperti membangun fasilitas pendidikan dan pelayanan kesehatan di Papua. Namun, gerombolan separatis yang sering kali mengganggu operasi ini menghambat tujuan baik pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Dukungan penuh dari masyarakat untuk keberlangsungan operasi ini menjadi sangat penting. Dengan keamanan yang terjaga, program pembangunan di Papua dapat berjalan lancar, meningkatkan taraf hidup warga dan mewujudkan masa depan yang lebih baik bagi wilayah berjuluk Kota Emas tersebut.
Dukungan serupa juga datang dari tokoh masyarakat setempat. Kepala Suku Kamoro, Bernadus Yawa, menyatakan bahwa masyarakat Papua sepenuhnya menolak tindakan kekerasan yang dilakukan oleh OPM.
Masyarakat Papua menginginkan lingkungan yang aman untuk menjalani kehidupan sehari-hari, bebas dari ancaman atau tindakan anarkis yang dilakukan oleh kelompok-kelompok yang ingin merusak keamanan di tanah air.
Masyarakat di Papua berharap agar aparat keamanan mampu menegakkan hukum secara adil dan tegas, terutama terhadap pelaku kekerasan yang tidak segan-segan melukai bahkan menghilangkan nyawa.
Dalam hal ini, kolaborasi antara masyarakat dan pemerintah menjadi salah satu faktor krusial dalam upaya pemberantasan kelompok separatis. Masyarakat lokal memiliki pengetahuan yang mendalam tentang lingkungan sekitar yang bisa membantu aparat dalam mendeteksi gerakan dan keberadaan anggota OPM.
Informasi yang diberikan masyarakat dapat menjadi petunjuk penting bagi aparat dalam menjalankan operasi keamanan. Dengan demikian, keberhasilan operasi keamanan tidak hanya bergantung pada kekuatan militer semata, tetapi juga pada kemitraan aktif antara pemerintah dan masyarakat.
Presiden RI kedelapan, yang juga berlatar belakang perwira tinggi militer Prabowo Subianto, telah menegaskan komitmen pemerintah untuk menuntaskan persoalan keamanan di Papua. Di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo, dukungan untuk menindak tegas kelompok separatis semakin kuat.
Presiden Prabowo menyadari bahwa tanpa keamanan yang stabil, upaya pembangunan yang telah diinisiasi sejak lama akan sulit terealisasi. Pemimpin bangsa ini berkomitmen untuk mendukung upaya-upaya nyata dalam memberantas segala bentuk ancaman terhadap negara, terutama yang dilakukan oleh kelompok separatis yang menghalangi upaya pemerintah dalam memajukan Papua sebagai wilayah berjuluk Surga Kecil yang Jatuh ke Bumi.
Dengan komitmen bersama antara pemerintah, aparat keamanan, dan masyarakat Papua, harapan akan terciptanya stabilitas dan keamanan di Papua semakin kuat. Masyarakat pun percaya bahwa tindakan tegas terhadap OPM dapat membuka jalan bagi pembangunan yang lebih merata dan kesejahteraan yang lebih baik bagi seluruh warga Papua.
*) Kepala Divisi Konflik dan Resolusi – Forum Perdamaian Papua Raya