Oleh : Giana Pahila
Selama ini dalam benak kita pembangunan indentik dengan jalan, jembatan dan gedung-gedung. Tapi tahukah kita bahwa suksesnya pembangunan infrastruktur harus diawali dengan pembangunan karakter bangsa. Pembangunan akhlak adalah yang paling utama. Kita banyak mendengarnya dalam pembelajaran di sekolah bahwa ada beberapa dari karakter masyarakat Indonesia yang seharusnya mampu mensukseskan pembangunan yang berkelanjutan termasuk salah satunya pada proses pemilu 2019 yang sebentar lagi akan segera dilaksanakan. Diantara karakter tersebut adalah sikap jujur, toleransi, disiplin, cinta tanah air, demokratis, semangat kebangsaan, cinta damai dan peduli sosial.
Namun kita sadari iklim menjelang pemilu 2019 ini sedikit berbeda dengan hadirnya HOAX, dalam persaingan memperoleh kekuasaan. Hoax atau kebohongan, adalah perilaku yang akan menggeser karakter positif bangsa asli, ke arah terbentuknya karakter negatif dan sangat mengancam kesatuan NKRI.
Baca Juga
Setiap rakyat Indonesia bagian dari Agen of change, tentunya yang diharapkan adalah menjadi agen perdamaian. sedangkan pelaku hoax sebaliknya. Bagaikan wabah, hoax tak hanya menjadikan pelakunya terbiasa, tapi juga punya kemampuan menularkan. Semakin hoax dibiarkan, semakin ia membudaya bahkan ditakutkan akan menjadi paradigma yang dianggap sah untuk mencapai suatu tujuan, bahkan untuk keperluan memperebutkan kekuasaan.
Para pemimpin dan calon pemimpin kita, hanyalah manusia tentunya tiada yang sempurna dan luput dari kesalahan. Namun perlu kita Ingat bahwa seluruh Bangsa Indonesia bersaudara. Sebagai saudara alangkah baik jika kita saling melengkapi dan menutupi kekurangan saudara kita, melalui keanekaragaman potensi yang kita miliki. Jika tujuan kita sama terhadap bangsa ini, kenapa kita harus bertengkar dan berusaha saling menjatuhkan. Alangkah buruknya seseorang yang selalu mendengki saudaranya hingga tega berbuat fitnah. Barangkali mereka lupa sejarah perjuangan, bahwa pihak yang berusaha mengalahkan lawan dengan membungkam kebenaran. Sebenarnya hanya sedang merencanakan kekalahannya sendiri. Jika setiap yang berbeda, kita anggap musuh. Lalu apa makna semboyan Bhineka Tunggal Ika kita selama ini?
Fanatisme berlebihan dalam pemilu, apapun bentuknya harus dihindari seperti terlalu mencintai dan terlalu membenci pilihan; hanya akan membuat kita menjadi manusia egois dan ingin menang sendiri. Sikap fanatik ini yang akan memicu hoax. Hoax yang berasal dari pikiran dan imajinasi – buruk yang sebenarnya tidak sesuai dengan kenyataannya. Prasangka – prasangka yang timbul akhirnya dinyatakan dalam bentuk fitnah dan kebohongan. Parahnya orang-orang yang percaya hoax seperti dicuci otak. Membenar benarkan yang salah, menyalahkan yang benar.
Bagi mereka yang menang pemilu dengan hoax, apakah bangga meraih puncak dengan mendzhalimi? Dalam keyakinan apapun, kebohongan adalah bentuk kedzhaliman. Yang akan menjadi hutang dan bumerang, menuntut balas bagi pelakunya sendiri.
Pemilu adalah tonggak demokrasi Indonesia. Sejatinya bukan sekedar ajang pertahanan tahta atau serah terima kekuasaan. Maka mewujudkan pemilu yang bersih dari hoax adalah langkah awal mensukseskan pembangunan berkelanjutan. Jika ternoda sejak semula, sangat sulit bagi pembangunan itu, akan mampu berjalan baik di masa yang akan datang.
Berilah kontribusi sekecil2 nya untuk pemilu 2019 ini dengan menolak hoax. Hoax adalah kecurangan pemilu tingkat akut yang harus diberantas hingga ke akarnya. Langkah pidana belum benar – benar solutif, jika kita tak berhasil membenahi mental. Solusinya harus dimulai dari diri sendiri, dari setiap manusia yang mengaku bangsa Indonesia. Mari safari kelubuk hati. Bersikap adil pada diri sendiri. Tak selamanya kebenaran akan datang dari pihak yang kita sebut kawan. Seperti tak selamanya setiap yang kita anggap musuh selalu salah. Jangan mudah terprovokasi dan begitu saja mencerna berita dari sembarang sumber. Luaskan sudut pandang, validasi semua isu. Sesekali kita juga perlu melibatkan diri langsung ke lapangan, agar kita tahu apa realitas yang terjadi tanpa sekat apapun.
Sekeras apapun usaha kita, untuk mencapai puncak dan memperoleh kekuasaan dalam Pemilu 2019 ini. Orang yang menang hanyalah orang yang memang telah ditaqdirkan Tuhan menjadi pemenangnya. Ikhtiar kita hanya bentuk ujian Tuhan, yang akan menentukan beda berkah dalam menjemputnya, juga beda rasa dalam memetik hasilnya kelak. Sehingga tak perlu bagi kita menghalalkan segala cara. Tugas kita hanya memilih, ikutilah jalur yang baik, karena kebaikan hanya akan mengantar pelakunya pada taqdir terbaik pula.
Rasa cinta kita kepada Bangsa Indonesia harus mampu menumbuhkan karakter anti hoax.
Hoax adalah tanggung jawab kita. Ingat pembuat hoax, penyebar hoax, menyukai hoax, dan orang yang membiarkan hoax sama-sama bersalah. Mari sukseskan pemilu 2019 dengan memberantasnya.