Oleh: Muhammad Fahdi (Blogger/ Alumni Universitas Muhammadiyah Malang)
Semenjak bergulirnya kampanye Pemilihan Umum 2019, seluruh rakyat Indonesia menjadi terbelah-belah dan terkotak-kotak menjadi beberapa kelompok. Bisa dikatakan bahwa Pemilihan Umum 2019 ini begitu menguras emosi, pikiran, dan tenaga.
Kita bisa melihat di televisi dan dunia maya semua orang dari seluruh elemen masyarakat turun tangan untuk mendukung pasangan yang mereka pilih. Mulai dari politisi, seniman, artis, akademisi hingga rakyat biasa semuanya turut meramaikan gelaran Pemilu 2019 ini.
Mereka menunjukkan partisipasinya dengan bergerak dalam segala bidang yang mereka anggap berpengaruh pada kemenangan pasangan yang mereka pilih.
Bahkan partisipasi tersebut terlihat di jagad dunia maya seperti WA, Facebook, Instagram, Line, dan sebagainya. Namun, ternyata upaya mereka menunjukkan partisipasi membawa beberapa permasalahan yang cukup serius selama masa kampanye kemaren dan yang paling nyata adalah banyaknya berita palsu atau hoax yang menyebar di dunia maya serta fitnah dan provokasi yang sesungguhnya tidak.mencerminkan budaya bangsa Indonesia yang di dasari oleh Pancasila.
Kemunculan berita hoax tersebut membawa dampak yang cukup signifikan terhadap keberlangsungan perdamaian di negeri ini. Akibat berita bohong tersebut banyak yang saling bertengkar di dunia maya. Hal ini membahayakan jika upaya-upaya strategi dengan menggunakan hoax dan fitnah tersebut di tunggangi kepentingan pihak ketiga atau luar yang ingin menjadikan Indonesia hancur dan tergantinya dasar Pancasila.
Hal ini tentunya sangat disayangkan mengingat semboyan utama yang selalu kita gaung-gaungkan adalah Bhinneka Tunggal Ika atau berbeda-beda tapi tetap satu. Hanya karena berita yang belum tentu benar, banyak yang rela berkelahi dan menyingkirkan semangat persatuan bangsa Indonesia yang selalu kita agung-agungkan.
Belum selesai permasalahan maraknya berita hoax, kita sudah diresahkan dengan maraknya ajakan untuk Golput dan berita berirta probokatif intimidasi. Hal ini terbukti dari betapa banyaknya orang-orang di dunia maya yang mengkampanyekan diri mereka sebagai Golput. Apa yang lebih miris adalah mereka memutuskan untuk Golput hanya karena mereka muak dengan banyaknya berita palsu yang tersebar di sosial media mereka.
Maka tak ayal jika dalam masa kampanye Pemilu 2019 ini banyak bermunculan tokoh-tokoh nasional yang mengangkat suaranya terkait masifnya gerakan Golput di sosial media. Namun, kini semuanya sudah usai. Dalam setiap kompetisi pasti ada yang kalah dan yang menang. Semua peserta pilpres harus siap kalah dan siap menang.
Peserta yang mengakui kekalahannya memiliki sikap jiwa yang besar. Sebaliknya, peserta yang menang tetap rendah hati dan tidak sombong. Itulah makna sebuah kompetisi dalam bidang apa pun, termasuk dalam ajang Pemilihan Umum. Untuk itu.marimkita dukung hasil pemilu ini dengan damai karena kedepan ada yang lebih oenting yaitu bagaimana membawa bangsa ini maju dan sejahterah.
Kasus penistaan agama yang dilakukan oleh Suswono pada tanggal 26 Oktober lalu saat acara Deklarasi…
Ancam Stabilitas Bangsa, Presiden Prabowo Perkuat Pengawasan Peredaran Narkoba Oleh: Darmawan Hutagalung Presiden Prabowo Subianto…
Presiden Prabowo Subianto terus melakukan berbagai upaya pemberantasan narkoba. Salah satunya adalah bertemu dengan Presiden…
Indonesia Perkuat Kerja Sama Internasional untuk Meningkatkan Ekspor UMKM Oleh: Arsyinta Mentari Indonesia terus memperkuat…
Presiden Prabowo Berkomitmen Berdayakan UMKM Lewat Program Penghapusan Utang Jakarta, - Presiden Republik Indonesia, Prabowo…
Kunjungan Presiden Republik Indonesia (RI) ke-8, Prabowo Subianto, ke China dan Amerika Serikat (AS) baru-baru…