Oleh : Nur Halimah Batubara
Ada yang tau apa itu hoax? Mungkin sebagian pembaca ada yang belum tau apa itu hoax. Hoax adalah informasi yang sesungguhnya tidak benar, tetapi di buat seolah-olah benar adanya. Mengapa hoax itu sangat berbahaya? Jika hoax terus di biarkan berkembang maka akan menimbulkan perseteruan dan perpecahan di kalangan masyarakat. Bayangkan saja jika salah satu situs di media memuat 90% berita hoax, berarti media tersebut membodohi para pembacanya. Bagaimana jika media tersebut memuat berita hoax setiap hari? Berapa banyak masyarakat yang terpengaruh pada berita yang tidak jelas kebenarannya itu? Sangat banyak tentunya.
Penyebaran berita hoax di media massa khususnya media sosial jelang Pemilu 2019 semakin merajalela yang dilakukan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab. Sebanyak 62 konten berita hoax terkait Pemilu 2019 diidentifikasi oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kementerian Kominfo) selama Agustus-Desember 2018. Hoax yang paling banyak teridentifikasi pada Desember 2018. Berita hoax yang tersebar di media sosial bertujuan untuk menghasut para pemilih. Khususnya pemilih generasi milenial dengan jenjang usia 17-21 tahun dan baru tahun 2019 ini ikut memilih.
Baca Juga
Menurut proyeksi penduduk Indonesia dari Badan Pusat Satistika (BPS), mereka yang berusia 20-34 tahun akan disebut secara sederhana sebagai generasi milenial. Laporan memperlihatkan pada tahun 2019, jumlah generasi milenial diproyeksi sebanyak 23,77 persen dari total populasi Indonesia yang mencapai 268 juta jiwa. Itu artinya, hampir seperlima penduduk di Indonesia adalah generasi milenial.
Generasi milenial memiliki peran yang cukup besar dalam menyukseskan Pemilu 2019. Tetapi kalau kita lihat sekarang, banyak generasi milenial yang ikut serta dalam menyebarkan hoax di media sosial, seperti menyebarkan berita yang menjelek-jelekkan calon pasangan presiden dengan hastag negatif. Padahal sebenarnya hal itu tidak boleh kita lakukan sebagai generasi milenial. Kita sebagai generasi milenial harusnya bersatu dan membuka pikiran untuk menyukseskan pemilu 2019, menyaring pemberitaan yang ada di media sosial, jangan suka menggunkan jari-jari kita untuk memuat komentar yang negatif di media sosial, serta tidak ikut dalam menyebarkan berita yang belum tentu kebenarannya.
Media sosial menjadi sumber utama dalam penyebaran hoax. Masyarakat Telematika Indonesia (Mastel) merilis survei tentang berita palsu (hoax) yang tengah marak di Indonesia. Proses survey dilakukan secara online dan melibatkan 1.116 responden. Sebanyak 91,8 persen responden mengatakan berita mengenai Sosial-Politik. Berita tentang pemilihan kepala daerah atau pemerintahan adalah hoax yang paling sering ditemui dengan persentase sebanyak 92,40 persen.
Dengan banyak nya persentase berita hoax tentang pemilihan kepala daerah dan pemerintahan bukan hal yang tidak mungkin bagi pemimpin yang terpilih di pemilu 2019 nanti adalah pemimpin yang tidak kompeten dan tidak memiliki kinerja. Apabila pemimpin tersebut yang terpilih maka baik negara maupun daerah yang dipimpin nya hasilnya pasti tidak akan memuaskan. Mereka tidak membuktikan integritas mereka sebagai pemimpin. Banyak dampak negatif yang ditimbulkan apabila seorang pemimpin tidak memiliki integritas, salah satunya akan menghambat pembangunan ekonomi suatu bangsa. Sehingga hal itu juga berdampak pada kegagalan rencana pembangunan nasional berkelanjutan pada tahun 2030.
Pembangunan nasional di Indonesia semakin meningkat salah satu nya pembangunan infrastuktur yang dilaksankan oleh pemerintah sebelumnya. Hal ini didukung oleh data dari Kantor Staf Presiden (KSP) yang menunjukkan catatan pemerintah membangun jalan dengan total panjang 3.432 kilometer dan jembatan di bangun sepanjang 39,8 kilometer. Apabila berita hoax terus menyebar dan menyebabkan terpilihnya pemimpin yang tidak baik dan tidak memiliki intergeritas hal ini berpotensi pada terhambatnya pembangunan nasional yang telah direncakan sebelumnya.
Di Indonesia sekarang ini, banyak yang hanya membicarakan dan mempermasalahkan tentang perbedaan. Padahal kalau kita bisa bercermin dengan negara-negara lain mereka berusaha untuk membuat perubahan, inovasi, dan kreatifitas. Tidak seperti konsep pemikiran masyarakat di Indonesia yang kebanyakan membicarakan tentang perbedaan. Sehingga hal itu yang membuat negeri kita susah maju dan semakin jauh tertinggal dengan negara lain.
Untuk meredam penyebaran berita hoax, ada baiknya semua stakeholder yang terlibat seperti media, tim sukses pemilu, dan masyarakat harus bekerja sama untuk mewujudkan pemilu yang damai. Media harus menyebarkan dan memberikan berita yang positif mengenai pemilu, bukan menyebarkan berita yang mempengaruhi opini masyarakat dan berita yang mengandung SARA sehingga menyebabkan perpecahan. Dan masyarakat juga bisa berupaya mendorong gerakan anti golput serta kampanye menggunakan hastag positif.
Saya merekomendasikan agar Pemilu 2019 nanti berjalan dengan damai ada baiknya kita sebagai masyarakat jangan membicarakan masalah perbedaan yang akan menimbulkan perpecahan. Mari kita meniru dari negara-negara lain yang terus menciptakan SDM berkualitas bukan untuk mempermasalahkan tentang perbedaan tetapi menyatukan pikiran dan pandangan agar dapat membangun bangsa ini.
Sebagai masyarakat Indonesia tentu kita harus bersama-sama menciptakan pemilu yang damai, berkualitas, dan bermanfaat sehingga terwujudnya pembangunan nasional berkelanjutan. Siapapun presiden yang terpilih nantinya mari sebagai masyarakat Indonesia hormati dan dukung beliau untuk melanjutkan pembangunan di Indonesia.