Oleh : Timotius Gobay
Kelompok kriminal bersenjata yang telah mendapat label teroris, akan terus diberantas sampai tuntas. Pasalnya, mereka terus melukai rakyat Papua dan korbannya sampai kehilangan nyawa. Tindakan ini harus dihentikan sesegera mungkin, agar tercipta keamanan di Bumi Cendrawasih.
OPM memiliki pasukan yang bernama Kelompok Kriminal Bersenjata, tetapi berbeda dengan tentara Indonesia yang melindungi segenap rakyat, anggota KKB menggunakan senapan untuk menakut-nakuti warga sipil.
Mereka memiliki beberapa markas dan anggotanya adalah oknum yang salah jalan, karena masih saja ngotot ingin memerdekakan Papua.
Untuk menjalankan misinya, maka KKB selalu menggunakan cara-cara kekerasan, seperti meneror di dunia nyata maupun dunia maya.
Ancaman KKB tentu membuat warga sipil ketakutan untuk beraktivitas secara normal. Tak heran banyak masyarakat yang akhirnya lega karena KKB dicap sebagai kelompok teroris oleh pemerintah, karena tindakan mereka sudah melewati batas.
Reza Indragiri Amriel pakar psikologi forensik menyatakan bahwa setelah KKB dinyatakan sebagai organisasi teroris, maka ia dianggap musuh bersama. Saat ini posisinya berbeda, karena label teroris akan memberi justifikasi yang legitimate bagi tiap komponen bangsa. Sehingga KKB dianggap sebagai public enemy. Jadi harus diberantas secara cepat, tegas, terukur, dan tuntas.
Mengapa KKB harus dikenai hukuman oleh aparat dengan cara tegas terukur? Penyebabnya karena mereka sudah melukai hati masyarakat terlalu lama, sejak Papua (dulu Irian Jaya) menjadi provinsi Indonesia pada tahun 60-an. Saat mereka kecewa akan hasil Pepera (penentuan pendapat rakyat), maka oknum-oknum membentuk KKB yang meneror warga sipil di Bumi Cendrawasih.
Kita lihat saja dari awal tahun 2021, sudah terlalu panjang daftar kejahatan yang dibuat oleh KKB. Pertama, mereka membakar pesawat dan mengancam akan menyandera pilot dan penumpangnya. Penyebabnya karena KKB mengira bahwa penumpang adalah aparat yang menyamar, padahal hanya warga sipil biasa. Beruntung tidak ada korban jiwa dalam peristiwa menghebohkan ini.
Kedua, KKB menembak sebuah helikopter yang sedang melintas di langit Tembagapura. Meski tak ada korban luka-luka maupun korban jiwa, tetapi ada kebocoran tempat bahan bakar, dan beruntung helikopter bisa mendarat dengan selamat. Bisa jadi mereka menembak heli karena mengira bahwa alat transportasi ini adalah milik TNI yang mereka takuti.
Sedangkan yang ketiga, pasukan KKB di bawah pimpinan Sabius Walker dengan tega membakar gedung sekolah. Tak berhenti sampai situ, mereka juga membunuh seorang murid bernama Ali Mom, serta menembak 2 orang guru. Dengan alasan guru dan murid mereka kira menjadi mata-mata TNI, padahal hanya warga sipil biasa.
Ketika daftar kejahatan KKB sudah terlalu panjang, maka amat wajar jika mereka terus dikejar hingga ke markasnya. Pasukan gabungan yang bernama Satgas Nemangkawi diarahkan untuk memberantas KKB dan mencari mereka sampai ke Ilaga, Puncak. Karena di sana rawan konflik dan benar saja, salah satu markas KKB berhasil ditemukan.
Saat ini aparat sedang fokus mencari markas KKB yang lain agar seluruh anggota KKB tertangkap, sehingga organisasi teroris ini menghilang. Tak hanya dari Papua tetapi dari seluruh Indonesia. Jangan ada lagi pihak dari luar negeri yang malah mendukung KKB karena sama saja mereka menghina pemerintahan Indonesia, dan bukan hak mereka untuk melakukannya.
Pemberantasan KKB dilakukan secara intensif dan cepat, agar anggota mereka tak lagi meneror warga sipil Papua. Ketika ada anggota KKB yang ditangkap, maka ia bisa didakwa dengan kasus kriminal, karena memang bersalah dengan menembaki warga sipil yang tidak bersalah. KKB harus dihilangkan dari seluruh Indonesia agar kedamaian seger tercipta.
Penulis adalah mahasiswa Papua tinggal di Gorontalo
Pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) di Kalimantan Timur menunjukkan progres signifikan sebagai bukti nyata komitmen…
Pemerintah Indonesia terus berupaya memastikan bahwa Pilkada Serentak 2024 dapat berjalan dengan lancar dan sukses.…
Sinergitas TNI, Polri, dan KPU Jadi Kunci Keamanan Pilkada Serentak 2024 Menjelang Pilkada serentak 2024…
Calon Gubernur Jakarta Pramono Anung tidak mempermasalahkan pertemuan yang terjadi antara Presiden ke tujuh Joko…
Kasus penistaan agama yang dilakukan oleh Suswono pada tanggal 26 Oktober lalu saat acara Deklarasi…
Ancam Stabilitas Bangsa, Presiden Prabowo Perkuat Pengawasan Peredaran Narkoba Oleh: Darmawan Hutagalung Presiden Prabowo Subianto…