Oleh: Ahmad Pahlevi
Front Pembela Islam (FPI) mengutuk keras Gubernur DKI Anies Baswedan karena dianggap pro kemaksiatan. Protes tersebut muncul lantaran Anies mengizinkan acara Djakarta Warehouse Project (DWP) dan memberikan penghargaan pada diskotek Colosseum. Padalah, Anies merupakan undangan utama FPI dalam Reuni 212. Hal ini menunjukkan bahwa Anies dan FPI ternyata tidak sejalan.
Seperti yang kita tahu, sebelumnya dalam acara reuni akbar beberapa waktu lalu, sang gubernur DKI Anies BAswedan ini tengah di elu-elukan dengan berbagai pujian. Bahkan, mereka sempat mengusulkan nama ini menjadi pemimpin negara. Acara yang dihelat dengan klaim murni dari dunia politik kala itu seketika pudar. Saat ormas ini beserta pengikutnya terlihat memberikan sejumlah dukungan untuk Anies menjadi pemegang kekuasaan. Hari berganti tampaknya persahabatan FPI dan Sang Gubernur memudar. Seiring pemberitaan yang dinilai kontroversial dan tak sejalan dengan visi ormas Islam tersebut.
Pantas saja kredibilitas Ormas Islam yang cukup kontroversial ini masih diragukan sejumlah pihak. Sebab, pernyataan-pernyataannya terkait orang-orang yang pernah didukungnya terkesan plin-plan. FPI yang pernah mengklaim Anies sebagai pemimpin yang cerdas, bersih serta teladan nyatanya kini diprotes habis-habisan terkait kebijakan yang Anies terapkan. Mungkin tak hanya Anies Baswedan, tokoh-tokoh lain yang sekiranya berpengaruh di dunia kepolitikan, banyak yang mengalami hal serupa.
Sebelumnya, FPI menyarankan agar Anies Baswedan supaya lebih cerdas dan kreatif dalam menjalankan tugasnya sebagai kepala daerah. Terutama untuk meningkatkan perekonomian yang halal dan meningkatkan kualitas manusia. Dalam pernyataan sikapnya, FPI menganggap bahwa DWP adalah acara hiburan yang memberi peluang terjadinya berbagai kegiatan maksiat. Selain itu, acara tersebut dapat berpotensi merusak generasi muda karena hanya sekadar pesta pora dan tidak bermanfaat.
FPI mengklaim jika anak-anak muda yang ikut serta dalam acara ini bakal mengenakan pakaian dengan aurat yang terbuka. Berpotensi pula untuk mengonsumsi aneka makanan dan minuman yang haram dalam kegiatan tersebut. Sedangkan kebijakan memberikan penghargaan atas diskotek dinilai FPI sama sekali tidak mampu berperan dalam membangun karakter masyarakat yang beriman dan bertaqwa.
Padahal FPI dulunya mengingatkan Anies bahwa pada tahun 2017 ia didukung oleh umat Islam yang menginginkan perubahan mendasar di ibu kota. Perubahan tersebut dimulai dari yang hanya mengejar pendapatan daerah yang tinggi, perkembangan ekonomi, kehidupan glamor yang menjadi indeks pembangunan yang lebih mengedepankan aspek kehidupan yang religius dan nyaman bagi seluruh agama.
Karena itu FPI menekan Anies guna mengkaji ulang dua kebijakan yang ditolak FPI itu yakni pemberian izin atas kegiatan DWP dan juga penghargaan diskotek. Menurut FPI, Anies seharusnya lebih fokus mengembangkan wisata halal, budaya, religi, serta sejarah yang juga cukup potensial di wilayah Jakarta.
FPI menegaskan kepada Anies bahwa umat Islam DKI Jakarta masih menaruh kepercayaan untuk menciptakan ibu kota yang mengedepankan religiusitas. Sesuai dengan sejarah Jakarta di zaman Fatahillah dan Pitung yang memberantas kemaksiatan. Karenanya, FPI menyarankan Anies agar berkonsultasi terlebih dahulu kepada para ulama.
Pernyataan sikap FPI ini disebut-sebut telah ditandatangani Ketua Umum Ahmad Sobri Lubis beserta Sekretaris Umum Munarman, yang diterbitkan oleh DPP FPI pada 15 Desember tahun 2019 di Jakarta.
Akar masalah ini beredar saat sebuah foto sertifikat penghargaan yang diberikan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta kepada diskotek Colosseum. Dalam sertifikat tersebut, tercantum Colosseum mendapat penghargaan kategori Klub dan Diskotek untuk jenis usaha Hiburan dan juga Rekreasi. Di bawah sertifikat terlihat bubuhan tanda tangan Anies guna mengesahkan penghargaan tersebut.
Tampaknya Definisi Persahabatan Anies-FPI berada di ujung tanduk. Mereka yang kini tak sejalan akibat pro kontra kebijakan yang diterapkan banyak membuat khalayak ramai mulai memikirkan kiprah Ormas Islam dan Gubernur DKI Jakarta. Apakah kiranya dulu tujuan sang Ormas Islam mengelu-elukan Anies Baswedan. Bahkan, sampai menyindir pemerintahan guna menonjolkan nama Anies yang dinilai lebih baik memimpin kekuasaan.
Mungkin FPI yang harus lebih jeli melihat berbagai wawasan, dunia bukan hanya tentang retorika seperti yang Anies utarakan. Semua berjalan sesuai kenyataan, karena memang manusia hakikatnya mudah untuk berubah. Namun, tak menampik tuduhan jika FPI ini ingin eksis di dunia kepolitikan dengan jalur alternatif “nebeng” nama Anies Baswedan. Tapi ketika sang “jagoan” dinilai menyimpang, maka akan ditekan habis-habisan. FPI Oh FPI!
Penghapusan Utang UMKM, Peluang Kebangkitan Pengusaha Indonesia Pemerintah Indonesia telah menerbitkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor…
Presiden Prabowo Subianto terus mengokohkan posisi Indonesia dalam ekonomi global melalui diplomasi ekonomi yang…
Kunjungan Luar Negeri Presiden Prabowo Hasilkan Kesepakatan Penting Untuk Wujudkan Pemerataan Ekonomi JAKARTA — Dalam…
Apresiasi Peran Pers Tingkatkan Partisipasi Pemilih dalam Pilkada Oleh: Mohammad Jasin Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada)…
Tokoh Agama Berperan Penting Wujudkan Kondusivitas Pilkada Para tokoh agama di seluruh Indonesia kembali meneguhkan…
Calon gubernur Jakarta nomor urut 3 Pramono Anung berharap, Gubernur Jakarta periode 2017-2022 Anies Baswedan…