Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) akan menyelenggarakan Musyawarah Nasional (Munas) Alim Ulama dan Konferensi Besar (Konbes) Nahdlatul Ulama pada 18-20 September 2023 di Pesantren Al-Hamid Cilangkap dan Asrama Haji Pondok Gede Jakarta Timur.
Munas dan Konbes NU 2023 yang akan dibuka langsung oleh Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) mengusung tema Mendampingi Umat, Memenangi Masa Depan.
Namun muncul suara tak sedap tentang wacana Musyawarah Luar Biasa (MLB) NU. Wacana ini muncul sebagai dampak dari sikap Rais Tanfidziyah NU, Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) yang dalam beberapa statemennya keras menolak mengaitkan PBNU dengan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) jelang Pemilu 2024.
Baca Juga
“Saya sebagai kader NU merasa prihatin dengan situasi kebatinan pengurus PBNU saat ini. Gaya kepemimpinan Gus Yahya cenderung merusak kultur yang selama ini sudah terbangun antara PKB daengan NU,” kata Kader dan Aktivis NU Kabupaten lndramayu, Muhammad Sholihin, Minggu (17/09/2023).
Menurut Alumnus Pondok Pesantren Bahrul Ulum Tambak Beras Jombang dan Ponpes Muallimin Babakan Cirebon ini sejarah berdirinya PKB adalah aspirasi politik para Kiai yang mengaspirasikan perjuangan politik ke PBNU hingga melahirkan PKB.
“Secara sejarah tidak bisa diabaikan satu kesatuan, urat nadi NU di PKB. Dengan bahasa Gus Yahya PKB jangan disuapin terus itu tidak benar dan merusak kultur. Antara NU dan PKB ini membaur dan menyatu, bukan hanya take and give saja tapi mendarah mendaging,” katanya.
Sholihin menambahkan, dalam konteks NU menuju kedewasaan bisa difahami, tapi bukan dengan cara ngantemin PKB dengan beberapa statemen. Dan anehnya, kenapa hanya PKB yang diginikan oleh PKB.
“Di sisi lain Gus Yahya membawa NU kesana kemari ke beberapa partai tapi kan tidak harus mendiskriditkan PKB, atau melarang pengurus PKB datang ke pengurus NU. Ini inkonsistensi. PBNU harus bisa membedakan antara pergaulan politik dan sikap politik. Ini yang saya kritik, sikap politik NU saya setuju tapi pergaulan politik kan beda,” katanya.
Kalau saat ini muncul isu MLB bertepatan dengan momentum NU sedang menggelar Munas/Konbes menurut Sholihin karena akar rumput termasuk Struktural NU di PC dan PW resah, mereka merasa bahwa yang dilakukan PBNU berpotensi memutus tali ukhuwah antara PKB dan NU, dan otomatis di semua tingkatan berontak.
“Ini NU tidak sehat perlu disehatkan, munculnya MLB nawaitunya lurus karena ketuanya membatasi hablum minananas. Ini kan umum tapi dalam konteks politik bahwa bergaul dengan siappaun sah dan lumrah apalagi PKB yang lahir dari NU,” ujar Sholihin.
Munas dan Konbes NU adalah forum berbeda yang digelar secara bersamaan. Munas Alim Ulama akan menghadirkan para ulama di lingkungan NU untuk membicarakan persoalan agama. Utamanya yang menyangkut kehidupan bangsa dan negara serta hajat masyarakat banyak.
Sedangkan konferensi besar adalah forum dari para pengurus Nahdlatul Ulama di tingkat provinsi di seluruh Indonesia untuk membicarakan hal-hal terkait dengan organisasi Nahdlatul Ulama itu sendiri.
Wakil Ketua Umum PBNU, H Amin Said Husni mengungkapkan bahwa Munas Alim Ulama dan Konbes Nahdlatul Ulama diikuti oleh seluruh pengurus PWNU, ulama sepuh, dan para pengasuh pesantren di lingkungan NU.