Ramdansyah: Pasca Debat, Ujian Buat Timses dan Parpol, Siapa Paling Jago Menggaet Dukungan

Adu strategi dan kepiawaian dari masing-masing tim sukses dan partai politik untuk mengaget dukungan pemilih di Pilgub Jakarta, bakal semakin sengit. Hal itu menyusul telah rampungnya debat ketiga atau terakhir pada Minggu (17/11/2024)

Tim sukses dan parpol mau tidak mau harus turun langsung ke lapangan untuk meyakinkan Pemilih. Apalagi kampanye masih boleh dilakukan hingga 23 November.

Jika tidak? Besar kemungkinan suara masyarakat terutama mereka yang swing voters, yang awalnya mendukung, bisa berbalik mendukung kandidat yang lain.

Baca Juga

“Pelaku kampanye yang pertama itu adalah pasangan calon. Kedua, tentu saja tim kampanye pasangan calon yang memberikan informasi cukup terhadap calon pemilih. Ketiga, partai politik pengusung Paslon yang juga bagian pelaksana kampanye ini atau debat pasangan calon untuk kemudian diteruskan menjadi praktek persuasi mengajak orang untuk memilih. Tentu saja setelah debat itu harus kemudian dilakukan penurunan informasi tentang program secara taktis, teknis yang dilakukan oleh partai politik,” ujar Ramdansyah saat dialog interaktif di Radio Elshinta, Senin dinihari (18/11/2024).

“Karena sekali lagi partai politiklah yang mempunyai basis massa riil. Dan itu tentu saja jangan sampai orang sudah mengidentifikasi dirinya dengan partai politik tersebut kemudian tidak memilih. Bahkan, mengubah pilihannya kepada pasangan lain ataupun tidak memilih sama sekali. Tentu saja ini usaha keras yang harus dilakukan oleh para kandidat dan tim kampanye juga partai politik,” imbuhnya.

Mantan Ketua Panwaslu DKI Jakarta 2008/2009 dan 2011/2012 berharap sebelum tanggal 27 November atau sebelum masa tenang persuasi ini bisa dilakukan dengan efektif dan efisien.

“Jadi, mereka tidak bisa pasif untuk memberikan informasi cukup kepada pemilu di Daerah Khusus Jakarta. Tujuannya, mengajak pemilih berpartisipasi pergi ke TPS. Jadi mereka juga berhadapan dengan kampanye untuk menghindari suara kosong atau blank vote yang tentu saja harus dilawan. Kalau ini dilakukan, maka partisipasi masyarakat berpotensi lebih tinggi dari Pemilu Legislatif dan Pilpres bulan Februari 2024 lalu,” jelas Ramdansyah yang juga Ketua Bidang Kepemiluan Majelis Nasional Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (MN Kahmi).

Seperti diketahui, debat terakhir Pilkada Jakarta 2024 telah digelar Minggu (17/11/2024) di Hotel Sultan, Jakarta. Debat ini menghadirkan tiga paslon (pasangan calon)yakni Ridwan Kamil-Suswono, Dharma Pongrekun-Kun Wardhana serta Pramono Anung-Rano Karno.

“Saya atau juga kebanyakan orang lebih tertarik pasca debat ini. Apakah Paslon, Tim Kampanye atau partai partai politik menjelaskan secara detail apa-apa yang disampaikan oleh Paslon di Debat kandidat Ketiga yang ditayangkan di Televisi,” ujar Ramdansyah.

Adapun tema debat terakhir ini adalah lingkungan perkotaan dan perubahan iklim. Dengan sub tema, yaitu penanganan banjir; penataan pemukiman; penurunan emisi dan polusi udara serta transisi energi terbarukan; pengelolaan sampah; ketersediaan air bersih; kota layak huni dan penataan ruang terbuka hijau.

Debat yang berlangsung cukup lama itu, menurut Ramdansyah normatif. Pertanyaan yang perlu diajukan kata Ramdansyah, adalah apakah hal-hal yang detail seperti yang disampaikan tiga paslon dalam debat ini efektif atau tidak.

“Karena publik lebih melihat debat yang kedua itu tentang ekonomi ketimbang misalkan terkait dengan isu debat ketiga seperti permasalahan lingkungan hidup. Diskusi itu penting, tetapi untuk kelas menengah ke atas. Sehingga kemudian kampanye politik atau debat kampanye yang kedua semalam tadi itu menjadi penting bagi kelas menengah atas, tetapi tidak bagi pemilih kebanyakan.,” ujarnya.

Dalam debat jelas Ramdansyah, yang dipantau pertama, profil atau karakter ketika menyampaikan debat tadi. Yang kedua tentang pesannya itu sendiri. Kalau pernyataan itu kemudian sampai ke publik dan mendorong mereka memilih pada tanggal 27 November 2024, maka debat kandidat itu menjadi efektif dan sangat diperlukan.

“Kenapa saya bilang begitu, karena sebenarnya setelah debat itu, partai yang menjadi pengusung pasangan calon itukan harus bekerja. Konstituen partai yang selama ini dalam Pileg atau Pilpres itu harus dikawal untuk kemudian mendukung pasangan calon yang diusung oleh partai politik pengusung dalam pilkada,” ujar Ramdansyah.

Karena apa? Ramdansyah beretorika, kita agak khawatir jika KIM plus atau beberapa partai yang ada tidak menjaga konstituen, maka mereka akan kabur. Karena materi debat sebenarnya adalah bagian dari visi misi partai politik yang mengusung pasangan calon.

“Ketika pemilih yang menyaksikan debat kandidat yang kedua tadi, maka dia akan mengidentifikasi pada partai politik yang mengusung ke masing-masing pasangan calon dan juga pasangan independen. Kalau dia mengidentifikasi dirinya adalah bagian dari partai tersebut, Swing voters atau mereka yang belum memilih akan berkurang. Meskipun, ada insentif katakanlah minyak sayur, satu liter atau setengah liter yang masih diperkenankan dalam Peraturan KPU yang menyatakan suvenir harus dibawah 100 ribu,” ujar Ramdansyah.

“Pertama, Ini menurut saya penting karena ketika debat itu, satu itu adalah kegiatan pasangan calon. Kedua, pemilih yang hampir sebagian tidak menonton debat karena tidak menyukai isunya. Ketiga, lebih memilih saluran komersial film atau hiburan yang lain ketimbang nonton debat. Karena materi debat adalah hal yang tidak terjangkau oleh publik,” imbuhnya.

Walaupun Jakarta pemilihnya sangat rasional. Rasional itu yang dimaksud jelas Ramdansyah, dalam sisi ekonomi. Menguntungkan atau tidak buat dirinya.

“Tetapi kalau isu-isu materi kedua tentang lingkungan hidup tidak banyak menyangkut keinginan publik, meskipun penting,” ujarnya.

“Saya mengutip buku tentang rasional voters. Jadi ketika bicara rasional itu bukan tentang dia rasional dengan cara berpikir yang rasional bukan itu. Yang dimaksud rasional voters menurut sejumlah jurnal adalah nilai ekonomis apa yang bisa diperoleh secara langsung. Misalkan terkait dengan keberadaan Proyek Strategis Nasional atau PSN di debat kedua. Kalau menguntungkan saya, maka saya akan pilih Paslon tersebut. Kemudian terkait banjir, apakah program yang disampaikan memberikan keuntungan bagi yang terdampak banjir seperti program yang disampaikan Paslon,” imbuh Ramdansyah.

Karena itu jelas Ramdansyah, kerja-kerja yang dilakukan Parpol untuk mendekati masyarakat pasca debat sudah harus dijalankan. Sehingga Konstituen tetap terjaga. Swing voters yang masih mengambang ini tidak bergeser kepada pasangan calon lain.

Selanjutnya kampanye ini kemudian ditindaklanjuti, tidak hanya dalam bentuk media formal atau mainstream seperti tadi di televisi. Tapi kemudian bisa juga dilakukan di media sosial. Sehingga kemudian terbentuklah karakter pemilih untuk memilih pasangan calon tertentu.

“Tetapi tentu saja hari ini juga dibayang-bayangi dengan kehadiran partisipasi yang rendah. Karena kampanye terkait dengan coblos semua pasangan calon nyaris terdengar di mana-mana. Walaupun uji materi keinginan disahkannya blank vote untuk Pilkada bukan calon tunggal tidak dipenuhi oleh hakim MK,” ujar Ramdansyah mengingatkan.

Jangan hanya mengandalkan debat saja untuk menggaet pemilih. Apalagi debat terakhir kurang menarik.

‘Debat tadi kurang menarik dibandingkan dengan debat kedua yang terkait persoalan ekonomi, itu menjadi lebih penting. Magnetnya cukup banyak.
Kalau debat ketiga tadi lebih pada isu yang tinggi lebih bisa dikonsumsi oleh kelas menengah. Sehingga kemudian orang pergi nonton TV cukup lama, kalau pemilih kebanyakan atau hampir 7 juta pemilih, lihat saja apakah mereka nonton atau tidak debat tersebut,” ujar Ramdansyah.

“Biasanya itukan cuma segmented kelas menengah atas, sedikit sekali kelas bawah yang menyaksikan program debat. Padahal yang akan banyak memilih itu adalah kelas bawah kalau menurut saya. Sehingga kemudian isu-isu yang tadi disampaikan magnitudenya lebih kepada kampanye (debat) yang kedua yakni terkait persoalan ekonomi. Tapi tentu saja isu yang tadi disampaikan, saya lihat ketiga pasangan calon mumpuni dengan konsep-konsep yang disampaikan dalam debat,” imbuh Ramdansyah.

Terkait debat kandidat, Ramdansyah menilai debat kandidat tiga paslon di Jakarta, lebih baik dibandingkan di beberapa tempat.

“Saya lihat di beberapa daerah ada yang kemudian tidak mau menjawab, atau jawabnya dibelakang panggung saja atau kemudian tidak paham hal detail dan teknis,” ujarnya.

Related Posts

Add New Playlist